CONVERGENCE
TRANSFORMASI digital dalam bisnis sudah tidak bisa dihindari lagi. Setiap sektor
industri saat ini sedang mengalami proses transformasi digital dan menyaksikan
secara langsung kesempatan-kesempatan yang terbuka akibat transformasi digital.
Korporasi-korporasi di Asia Tenggara pun siap menjadi penerima-penerima manfaat
terbesar. Digitalisasi memungkinkan mereka untuk lebih produktif, mengurangi
biaya operasional, dan mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif.
Beberapa waktu yang lalu, kami mendapatkan kehormatan untuk menerima Darmin
Nasution (Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia), Airlangga Hartarto
(Menteri Perindustrian) dan beberapa CEO Indonesia, di booth Cisco pada
Indonesia Industrial Summit (IIS) 2018 di Jakarta. Perhelatan IIS tahun ini
melihat secara mendalam penerapan Industri 4.0 di Indonesia sebagai bagian dari
Transformasi Lanskap Industri Nasional. Perusahaan konsultan manajemen global,
AT Kearney, memberikan masukan kepada Pemerintah Indonesia tentang inisiatif
besar ini. Penekanannya, Making Indonesia 4.0 mendatangkan suatu potensi yang
sangat besar bagi Indonesia untuk melipatgandakan rasio perbandingan antara
produktivitas dan biaya produksi (productivity-to-cost) sehingga meningkatkan
daya saing global dan mendorong pangsa pasar ekspor global. Ekspor yang lebih
besar akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja sehingga mendorong Indonesia
untuk menyerap pasokan tenaga yang terus meningkat, sehingga, memperkuat
konsumsi domestik, dan akhirnya menjadi salah satu dari 10 negara dengan ekonomi
teratas dunia. Pengaturan ulang manufaktur Sektor manufaktur di Indonesia akan
memainkan peran yang penting. Kontribusi sektor ini terhadap PDB Indonesia
menurun dari 26 persen pada 2001 menjadi 22 persen pada 2016. Saat ini Indonesia
sedang berusaha untuk mengembalikan posisi tersebut. Namun, Indonesia bukan
satu-satunya negara yang ingin meningkatkan kondisi sektor manufaktur. India
telah meluncurkan inisiatif “Make in India”. Jerman juga telah meluncurkan
inisiatifnya sendiri INDUSTRIE 4.0 yang "menghubungkan teknologi-teknologi
produksi sistem tertanam (embedded system production) dengan proses-proses
produksi cerdas (smart production processes) untuk membuka jalan menuju era
teknologi baru".
Namun, yang penting untuk dipahami adalah, bagi negara-negara ini—termasuk Indonesia—
untuk berhasil dalam dalam usaha-usaha ini,mereka harus melihat manufaktur
melalui lensa yang berbeda. Kenyataannya,negara-negara tersebut tidak mungkin
bisa bersaing hanya dengan biaya tenaga kerja saja. Oleh karena itu, yang akan
menjadi pembeda utama adalah seberapa efektif mereka mampu mengadopsi teknologi
digital dan mentransformasi pabrik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
Konvergensi Bagi saya, salah satu faktor penting dalam mewujudkan transformasi
digital yang sukses di sektor manufaktur adalah konvergensi departemen teknologi informasi
(TI) dan teknologi operasional (TO). Biasanya, departemen-departemen ini
beroperasi secara independen. Divisi operasional menjaga pabrik tetap berjalan,
sementara tim TI mengelola aplikasi-aplikasi bisnis. Baca juga: 6 Saran dari
Peneliti LIPI untuk Songsong Era Industri 4.0 Seiring dengan fasilitas-fasilitas
dan proses-proses pabrik yang mengalami proses digitalisasi, kedua fungsi ini
perlu bekerjasama agar bisa sepenuhnya memanfaatkan potensi dari digitalisasi
yang terjadi. Kerja sama yang erat antara TI dan TO ini memberikan manfaat yang
besar dalam empat dimensi strategi operasi, yaitu biaya, kualitas, kecepatan,
dan keandalan. Keamanan siber akan menjadi faktor kunci untuk menangkap
manfaat-manfaat ini. Kualitas dan kecepatan Salah satu aspek kunci dari
transformasi digital adalah Internet of Things untuk industri (Industrial
Internet of Things), yang menghubungkan satu sama lain antara peralatan, mesin,
serta sensor di seluruh area pabrik. Hal ini memungkinkan produsen untuk
mengumpulkan lebih banyak data daripada sebelumnya. Akan tetapi, seperti yang
kita ketahui, nilai data hanya bernilai dengan adanya hasil interpretasi
terhadap data tersebut dan keputusan-keputusan berdasarkan interprestasi. Di
sinilah kolaborasi TI/TO ini bisa membuat perbedaan yang sangat besar. Suatu
contoh yang baik adalah dalam pemrosesan material atau operasi rantai pasokan.
Departemen TI dapat mengaktifkan data sensor di sepanjang rantai nilai produksi
untuk dibagikan, sehingga memastikan pengiriman barang dan jasa dengan lancar
dan otomatis. Kita sudah lihat penggunaan sensor, robotika, dan big data
analytics di pusat-pusat distribusi. Memperluas teknologi-teknologi ini ke dalam
pabrik-pabrik manufaktur—oleh tim TO—dapat memastikan bahan-bahan mentah dan
barang-barang yang diproses dioptimalkan secara dinamis. Cakupan nirkabel dengan
latensi rendah akan menjadi modal penting untuk kesuksesan proses ini. Keandalan
dan biaya Salah satu area utama yang bisa diperbaiki oleh konvergensi TI/TO
adalah mengurangi downtime yang tidak direncanakan di pabrik. Meskipun semua
tindakan pemeliharaan preventif sudah dilakukan, pabrik masih bisa mengalami
kerusakan. Ini terjadi karena jadwal pemeliharaan preventif tradisional
ditentukan atas dasar praktik terbaik, bukan data aktual. Kombinasi digitalisasi
dan analisis data dapat membantu pabrik bergerak menuju pemeliharaan prediktif,
di mana perusahaan manufaktur dapat mengumpulkan data real-time dari semua
mesin, menganalisanya untuk melihat setiap kemungkinan kegagalan peralatan, dan
menjadwalkan perbaikan yang sesuai. Cara TI dan TO bekerja sama dalam hal ini
adalah sederhana. Tim operasi melakukan tugasnya dengan mengumpulkan data kunci
dari mesin dan sensor, sementara pengaturan TI menyediakan analitik data dan
alat-alat lain untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perangkat tertentu
rusak, dan memungkinkan tim operasi untuk menangani dengan tepat, sehingga dapat
meningkatkan keandalan operasi dan mengurangi biaya. Keamanan Area pabrik yang
telah didigitalisasi membuat banyak mesin, sensor, dan peralatan saling
terhubung satu sama lain, dan terhubung ke internet. Meskipun keterhubungan ini
memberikan banyak keuntungan, tetapi juga menimbulkan tantangan baru dari segi
keamanan siber. Meningkatnya jumlah perangkat yang terhubung berarti para calon
peretas memiliki lebih banyak pilihan dari mana mereka dapat menyerang suatu
jaringan. Kenyataan bahwa beberapa perangkat pada jaringan mungkin tidak seaman
perangkat lainnya semakin meningkatkan risiko keamanan siber. Akibatnya, bisnis
perlu mencari solusi teknologi yang tidak hanya menghubungkan jaringan secara
efisien dan memungkinkan aliran data yang aman, tetapi juga bisa terus memantau
serta memberikan perlindungan atas serangan siber. Hal ini membutuhkan kerja
sama erat antara TI dan TO. Tim TI biasanya memiliki pemahaman yang mendalam
tentang keamanan siber, serta berpengalaman dalam mengelola implementasi dan
memastikan kepatuhan. Mereka lebih tahu waktu yang tepat untuk mengupdate
sistem-sistem untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut telah diperlengkapi
untuk menghadapi potensi ancaman. Namun, tim TI perlu bekerja sama dengan tim
operasi untuk memastikan berbagai update dijadwalkan dengan tepat agar tidak
mempengaruhi produksi, dan segala risiko terkait downtime yang tak terjadwal
bisa ditangani dengan baik.
Konvergensi departemen TI dan TO menjadi fondasi transformasi digital untuk bisnis
yang akan dibangun. Kekuatan dari fondasi inilah yang akan menentukan keberhasilan
nyata dan keberlangsungan transformasi digital, dengan keamanan sebagai prioritas,
untuk mempersiapkan bisnis dalam menghadapi risiko perubahan yang mungkin terjadi
di masa depan.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/02/114151026/konvergensi-tito-transformasi-digital-dalam-industri-manufaktur?page=all"/
Komentar
Posting Komentar